Sudah hampir sebulan ini aku membuat
beberapa jadwal untuk anak-anakku. Aku
rasa ini penting agar mereka belajar untuk disiplin sejak dari usia dini. Mulai
dari jadwal naik sepeda, jadwal menonton televisi dan jadwal membaca buku
sebelum tidur.
Jadwal naik sepeda aku buat agar si
kakak bisa bergantian naik sepeda dengan adiknya. Jadwal kami buat dan kami
tulis bersama-sama secara musyawarah. Karena pagi sekolah, maka jadwal hanya
berbatas pada sore dan malam hari. Kakak dan adik harus memilih hari dan waktu kapan
ia naik sepeda. Bila si kakak Senin naik sepedanya sore, maka adik harus Senin
malam dan seterusnya. Setelah selesai ditulis jadwal aku tempel di dinding agar
mudah di baca. Walaupun anak-anak belum bisa membaca tapi mereka mengerti apa
yang sudah aku tulis.
Pada
awal pelaksaan memang anak-anak agak kurang rela untuk berbagi, namun lama
kelamaan mereka mulai terbiasa dengan jadwal. Nazia, si bungsu selalu bertanya
sebelum naik sepeda, ia tidak akan naik sepeda dulu sebelum membaca jadwalnya.
“Mi, hayi ni siapa yang
soye mi?” atau “Mi, hayi ni siapa yang mayam mi?”
(“Mi,
hari ini siapa yang sore mi?” atau “Mi, hari ini siapa yang malam mi?”
Berbeda
dengan Aisha, si kakak, mungkin karena sepeda itu miliknya ia sering lebih
dahulu naik sepeda baru kemudian membaca jadwal. Bahkan terkadang ia sedikit
cemberut bila ternyata jadwal naik sepeda pada hari yang dimaksud adalah
adiknya. Tetapi jadwal tetap harus dilaksanakan, meskipun ada yang menangis
tapi aku tetap konsisten dengan jadwal. Karena aku berpikir, bila sekali saja
kita melanggar, anak-anak bisa beranggapan kalau kita bisa dirayu dan tidak konsisten.
Saat
pergi ke supermarket untuk jajan misalnya hanya satu atau dua macam saja
yang boleh dibeli. Misalnya susu dan
permen. Sampai di supermarket hanya dua macam itu saja yang boleh dibeli. Bila
mereka minta di luar itu tetap tidak aku beri. Selain melatih disiplin aku
ingin mereka belajar untuk jujur pada diri mereka sendiri dan pada orang lain.
Alhamdulillah sekarang mereka sudah mulai terbiasa dengan hal ini. Paling bila
mereka hendak membeli lebih dari yang mereka jadwalkan di rumah anak-anak hanya
bilang,
“Mi, besok-besok
belinya yang ini mi yaa…”(sambil menunjukkan apa yang ingin
dibelinya) atau,
“Mi, kalau udah gak
batuk lagi beli permen yang ini mi ya..”
Atau..” Mi, boleh gak kalau beli yang ini?”
Selain
itu anak-anak juga aku perkenalkan dengan makanan dan minuman HALAL. Bila ada
makanan atau minuman yang tidak ada lambang halalnya maka kita tidak boleh
membelinya. Terkadang saking semangatnya mereka berteriak gembira ketika ingin
membeli makanan yang ada halalnya.
“Mi, Mi, liat ni, ada
halalnya mi! berarti boleh beli mi kan?”
Pernah
suatu hari anak-anak ingin sekali membeli permen “x”. Setahuku permen tersebut
tidak semua ada cap Halalnya. Oleh sebab itu anak-anak sudah kuperingatkan
sejak awal jika hendak membeli permen tersebut kita harus selalu lihat ada
tidak cap Halalnya. Saat memilih-milih, rupanya adik duluan yang dapat permen “x”
bercap halal. Dengan girangnya si adik langsung mengambil permen tersebut.
Sedangkan si kakak belum dapat, tak pantang menyerah ia terus mencari permen “x” sambil di bantu adik. Setelah
berapa lama permen yang di cari yang bercap halal tidak ketemu. Si kakak sudah
terlihat sangat sedih. Maka akupun menanyakan kepada mereka berdua.
“gimana nak, permennya
gak ada. Kita gak boleh beli yang gak ada halalnya. Bagaimana klo Adek bagi dua
permennya sama Cutkak ? Apa boleh Dek? “
Lama
si adek menjawab. Akhirnya adek setuju dengan tawaranku, Alhamdulillah,
senang rasanya melihat mereka mulai
belajar untuk berbagi. Walau terkadang masih sering berantam dan berebutan,
namun ingatlah bukankah berantam pada
anak-anak itu baik?(teringat kembali pesan Abah Ihsan dibuku beliau
Sudahkah Aku menjadi Orangtua Shaleh?).
Jadwal
kedua yang mulai aku buat adalah jadwal menonton televisi. Alhamdulillah
anak-anak sejak dari kecil tidak aku biasakan untuk menonton televisi. Namun
belakangan semenjak beberapa bulan kami tinggal di rumah nenek (ibuku),
sepertinya jadwal sudah mulai harus diterapkan. Selain lingkungan keluarga yang
ramai dengan usia sebaya mereka yang berbeda tingkat pembatasan jam menonoton
televisi oleh orangtua mereka masing-masing, juga ada orang-orang dewasa yang
menonton televisi disaat anak-anak ada bersama mereka. Kalimat-kalimat juga
lagu-lagu yang memprihatinkan menjadi santapan bagi anak kita bila kita selaku
orangtua tidak memilah dan memilih apa yang baik dikonsumsi untuk anak. Sering
pada saat ini kalimat “loe, gue, end”,
“jadi gue mesti bilang wow gitu?”, “masalah buat loe?” tak jarang keluar
dari mulut anak kita. Apa yang harus kita lakukan bila demikian keadaanya.
Maka
dari itu anak-anak kembali saya ajak untuk membuat jadwal menonton. Jadwal
hanya pada pagi dan sore, berbatas pada film kartun yang aku tentukan saja.
Alhamdulillah sampai hari ini mereka masih mengikuti jadwal.
Jadwal
yang terakhir adalah jadwal membaca buku. Anak-anak paling senang jika sebelum
tidur dibacakan buku cerita. Alhamdulillah mereka sudah mempunyai beberapa
koleksi buku cerita. Sebelum kami membuat jadwal siapa yang duluan bukunya
dibaca sebelum tidur, anak-anak selalu berebutan minta bukunya dibacakan
duluan. Tapi Alhamdulillah sekarang mereka jadi tertib dan tidak berebut lagi
setelah dibuat jadwal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar