Seuramoe Ummu
Jumat, April 08, 2016
Kenapa Harus "Allahumma.."
Sesaat sebelum makan
Umi : Dek..jangan lupa baca do'anya ya Nak..
Allahumma..(terhenti karena Adek langsung memotong)
Adek : Umiii.. kenapa harus selalu pertamanya bilang 'Allahummaa"? kenapa gak yang lain?
Umi : (Sambil tersenyum) Owwh.. karena kita mintanya sama Allah, Dek.. coba mintanya sama Umi.. pasti Adek bilangnya.. "Yaa Umii"..
Adek : Hehehe.. Iyaa ya Mi..
**ya Allah Nak.. pertanyaanmu ringan.. tapi sungguh bermakna Sayang..
Mudahkan hamba dalam mendidik anak-anak hamba ya Rabb..
Kamis, Mei 21, 2015
Picture by Aisha
Tak bisa lepas dari pensil dan kertas..
Selalu bisa menuangkan kembali apa yg dilihat ke dalam bentuk gambar.
Sabtu, November 23, 2013
A Blessed Life: #MenulisMuharram: Only with One Touch
Gini
hari gak punya hape? Apa kata
duniaaa..!!
Mulai
dari anak SD sampe nenek kakek pun sekarang sudah punya hape.. Bahkan untuk urusan ngebuka dan mencet tut-tut di hape anak balitapun sekarang sudah
mahir. Beda banget dengan jaman kita dulu. Paling cepat waktu SMA baru kenal hape. Ck.. ck..
Bagi
sebagian besar kita sehari gak pegang hape
rasanya bakalan kehilangan seusatu yang berharga. Coba deh ingat-ingat lagi,
berapa kali dalam sehari kita membuka hape?
Padahal gak ada yang sms.. Gak ada yang nelpon.. Cuma “latah” aja.. Rasanya gak
enak hati kalo gak nge-cek si hape.
Apalagi bila memiliki hape canggih.
Model touch screen, yang ada cameranya, internetnya.. Waa pasti deh gak tenang
bila dalam beberapa jam gak buka tuh hape.
Ada aja yang diliahat, lihat foto, gonta ganti wallpaper hape dan lain
sebagainya.
Hmmm..
mungkin adalah gaya hidup jaman sekarang. Gak ada hape gak gaya. Gak ada hape
dianggap kampungan. Gak ada hape
bakalan ketinggalan informasi. Bermacam alasan setiap orang memiliki hape. Namun tahukah kita bahwa setiap
apapun yang kita miliki akan diminta pertanggungjawaban kelak oleh Allah?
Termasuk hape.. Apakah kita bisa
menjadikan hape sebagai pembawa
manfaat atau pembawa mudharat..
Yuk
kita kilas balik kembali apa tujuan kita memiliki hape. Perjelas tujuan agar hape
tersebut membawa manfaat bagi kita. Jangan install berbagai applikasi yang
membuat kita lalai dan malas. Kritislah dalam mengunduh applikasi. Usahakan hape kita tidak dipenuhi dengan berbagai
games yang membuat kita banyak membuang waktu.
Sebagai
muslim dan muslimah hendaklah hape
kita memiliki beberapa applikasi islami yang banyak memberi manfaat. Saat ini banyak
sekali applikasi islami yang dapat membantu kita belajar islam lebih baik. Baik
itu applikasi tentang Alquran yang di lengkapi dengan ilmu tajwid ataupun
applikasi tentang berbagai macam hadist shahih yang diriwayatkan oleh berbagai
perawi. Tidak hanya itu, appilkasi islami untuk anak-anak juga banyak sekali,
mulai dari games, berbagai macam do’a sehari-hari, ataupun bacaan dan tata cara
shalat.
Tidak
ada salahnya bukan kita mengunduh applikasi islami ini? misalkan ketika
menunggu bus kita bisa memanfaatkan waktu untuk mengaji ataupun membaca
hadist-hadist shahih. Begitu pula bila kita memiliki anak. Anak tidak hanya
kita suguhkan dengan berbagai macam games yang tidak membuat pengetahuan
islamnya bertambah, namun pilihlah applikasi yang bermanfaat baginya. Misalkan
melalui puzzle ia tahu bagaimana bentuk huruf-huruf hijaiyah atau sambil
melihat gambar anak tahu bagaimana gerakan shalat beserta bacaannya.
So..
tunggu apalagi sobat.. yuk manfaatkan applikasi islami ini selagi kita memiliki
sarana untuk mengunduhnya. Jadikan waktu kita lebih bermanfaat dan barakah !!
Jumat, November 08, 2013
Jumat, November 01, 2013
Untukmu, para Bunda.
Bunda, pernahkah
kau merasakan hal ini?
Ketika kehadiran
sang buah hati belum juga ada setelah pasca pernikahan apakah yang engkau
rasakan, Bunda? Rasa sedih dan keinginan yang besar akan kehadiran sang buah hati bukan? Segala usaha
senantiasa engkau lakukan dan segala do’a engkau panjatkan agar Sang Kuasa
segera mengabulkan keinginanmu.Bukankah begitu Bunda?
Dan.. penantian
berakhir bahagia ketika dua garis merah
tertera pada test pack kehamilan. Pada saat itu apakah yang engkau rasakan
Bunda? Rasa syukur, haru dan bahagia pasti menyertaimu. Hari demi hari engkau
lalui. Rasa mual, pusing, tidak enak tidur, tidak enak makan, sakit punggung,
sakit pinggang, pasti engkau rasakan dari awal kehamilan hingga kandunganmu
membesar. Tapi engkau tidak pernah mengeluh, semua engkau jalani dengan ikhlas
karena engkau sangat menyayangi dan mencintai calon buah hatimu. Bahkan saat
persalinan tiba engkaupun rela mempertaruhkan nyawa demi kehadiran sang buah
hati tercinta.
Ketika tangisan
pertama terdengar, kalimat thayyibah segera meluncur dari bibirmu. Perjuangan
terbesar telah engkau lalui, perjuangan antara hidup dan mati. Rasa sakit luar
biasa yang tak bisa terungkapkan dengan kata-kata. Namun benar, rasa sakit yang
segera hilang ketika melihat sang buah hati hadir dihadapanmu. Allahu Akbar.
Alhamdulillah. Pasti kalimah itu yang engkau ucapkan. Segera setelah itu engkau
bertambah peran menjadi seorang ibu bagi anakmu.
Hari berganti
hari engkau mulai belajar bagaimana cara mengasuh anak. Memandikannya,
mengganti popoknya, memakaikan bajunya, memasang bedungnya, menggendongnya,
bahkan engkau rela tidur malammu terganggu saat sang buah hati terbangun karena
haus dan lapar. Tidak hanya sekali, bahkan dua hingga empat kali engkau
terbangun karena tangisnya. Tapi apakah engkau marah karena tidurmu terganggu?
Tentu tidak Bunda. Esok paginya waktumu kembali untuk sang buah hati. Rutinitas
sebagai ibu dan istri kembali engkau jalani. Dari mulai bangun tidur hingga
tidur kembali.
Hari, bulan dan
tahunpun berganti. Tak terasa sang buah hati telah besar. Ia mulai belajar
berbalik kiri dan kanan, telungkup, maju dan mundur, merangkak, duduk, berdiri,
berjalan, berlari dan berbicara. Namun
dalam melewati hari-harinya pasti ada saja hal yang kadang membuatmu tersenyum,
tertawa, bahagia, kesal dan juga marah. Itu wajar Bunda.
Saat sang buah
hati tercinta menangis, marah, berteriak, mengamuk, apa yang engkau rasakan
Bunda? Apakah engkau geram dan tak sabar ingin juga membentak, memarahi bahkan
mencubit atau memukulnya agar ia diam dari amarah dan tangisannya? Atau apakah
engkau akan membiarkan dan berusaha sekuat mungkin untuk besabar sampai ia puas
dengan tangisannya?
Saat sang buah
hati meminta sesuatu yang menurut kita tidak cocok untuknya apakah kita segera mejawab dengan kata-kata yang bijak dan
memberi alasan akan penolakan kita terhadap keinginannya? Ataukah kita dengan
segera menjawab dengan kasar agar ia berhenti meminta dan merengek? Atau
langsung mengabulkan keinginannya karena tidak
ingin mendengar tangisannya?
Saat ia mulai
pada fase bertanya apa yang dilihat dan dialaminya apakah kita sudah sabar
untuk mendengar dan menjawab akan semua pertanyaannya? Ataukah kita akan menjawab
dengan disertai amarah karena kita bosan dan capek menjawab pertanyaan yang
menurut kita adalah pertanyaan sepele?
Saat ia beraksi
dengan mengamuk dan menangis dikeramaian apakah kita siap untuk menghadapinya?
Membujuk dan mendiamkannya dengan sabar?
Saat sang buah
hati enggan untuk makan, mandi, gosok gigi, merapikan kembali mainan dan
buku-bukunya yang berantakan, membuang sampah tidak pada tempatnya apakah kita juga
sabar menghadapinya? Atau kita langsung memarahinya agar ia mau menuruti apa
yang kita perintahkan?
Saat sang buah
hati berantam, mencubit dan memukul adik atau temannya, apa yang kita lakukan?
Segera kembali mencubit, memukul dan memarahinya? Bahkan disertai bentakan
dengan suara yang besar disertai pelototan agar si anak takut dan jera? Apakah
itu cara yang terbaik menurutmu Bunda?
Saat kau dapati
anakmu bermain kotor, bermain tanah, pasir, batu bahkan becek dan lumpur apakah
engkau akan segera memarahi dan menariknya agar berhenti? Atau sebaliknya,
engkau akan bermain bersama mereka?
Bunda.. sungguh
banyak hal yang terjadi dalam kehidupan
anak kita. Semua itu adalah proses pembelajarannya. Bukankah waktu kita kecil
dulu seperti itu juga. Kita dulu juga pernah menangis, marah, kesal bahkan
berteriak dan mengamuk bila ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Apakah perlakukan yang diberikan orangtua kita sama dengan perlakukan kita
terhadap anak kita? Lebih baikkah atau lebih burukkah?
Namun jangan
lupa Bunda, ia juga punya banyak kelebihan. Jangan sepelekan kelebihan dan
kepintarannya. Jangan enggan untuk memuji dan mengucapakan terima kasih atas
segala perlakuan positifnya. Berikan imbalan yang akan membangun kepercayaan
dirinya. Jangan malu untuk meminta maaf bila memang kita melakukan kesalahan
terhadapnya.
Ketika ia sudah
bisa makan sendiri, minum sendiri, memakai baju dan celana sendiri, memakai
kaos kaki dan sepatu sendiri, bahkan mandi sendiri. Jangan sungkan untuk
memujinya. Pujian kita akan membuatnya semangat dan membentuk ion-ion positif
dalam tubuhnya.
Ketika ia rukun
saat bermain dengan adik atau teman, beri kembali pujian padanya. Jangan hanya
kita menegur dan meresponnya ketika ia berantam atau berebut mainan dengan adik
atau temannya.
Ketika ia pintar
melantunkan doa dan surat-surat pendek beri ia semangat untuk lebih banyak
menghafal dan jelaskan imbalan apa yang akan ia dapat kelak.
Belum telambat
bagi kita untuk selau berbenah hari demi hari untuk menjadi orangtua yang
terbaik baik anak-anak kita. Siapa yang tidak mau disayang, dicintai, dihormati,
dipatuhi dan didengarkan oleh anak-anaknya?
Semua kita pasti mau. Semua kita pasti ingin. Namun semua butuh proses,
proses bertahap dan panjang. Berikan contoh dan teladan yang baik untuk
anak-anak kita. Dalam hal apapun, sekecil apapun, dimanapun. Ia mungkin hanya
melihat dan tidak bertanya, tapi yakinlah ia merekam setiap tindak tanduk kita.
Kita orangtuanya, contoh pertama dalam kehidupannya. Sertakan do’a kita dalam
mendidiknya. Semoga Allah membimbing kita menjadi orangtua yang shaleh dan
shalehah dan menjadikan anak-anak kita anak yang shaleh dan shalehah. Amin ya
Rabbal’alamiin..
Langganan:
Postingan (Atom)